Puasa, Junk Food dan Makanan Tradisional

Sudah beberapa hari belakangan kita telah menghelat bulan puasa ramadhan, dimana kita menahan diri dari segala riuk amarah, hawa nafsu, dan paling sederhananya dalam pengertian awam seperti saya ini, puasa dimaknai dengan menahan lapar dan dahaga.
Di bulan seperti ini rasanya banyak hal kehidupan yang kita lalui terpolarisasi, termasuk salah satunya segala input makanan yang kita konsumsi setiap waktu. Khususnya bagi anak-anak dan remaja, mulai diajarkan sedari dini oleh orang disekitar mereka kakak, ibu, bapak, tante dan paman tentang bagaimana menyongsong bulan ramadhan. Dengan pola itu otomatis mereka diajari menekan hasrat menahan lapar termasuk juga jajan berbagai makanan instan di kios-kios, yah minimal sedikit terkurangi dari intensitas jajan sebelum-sebelumnya saat mereka sedang sekolah dan hari-hari biasa.
Di hari biasa, apalagi masa sekolah, bahkan anak-anak mampu melewati harinya hanya dengan mengunyah makanan kemasan siap santap yang sangat mudah mereka temui di etalase warung jajanan yang berswileran, menggelantung setiap saat dan mengundang minat banyak dari mereka datang bertandang dan menyantap dengan lahap.
Bulan puasa memang sangat berbeda, seketika kita melihat perubahan drastis atas segala makanan yang awalnya jarang kita temui di hari-hari biasa, kini tetiba bermunculan, perhatikan saja menu berbuka kita aneka makanan tersaji diatas bejana sampai-sampai kalian kebingungan mau santap yang mana terlebih dahulu bila berbuka. Saat masuk babak bulan ramadhan memang keterampilan emak-emak dalam memasak semua dikerahkan, segala ide masakan ia tuangkan, jadi jangan heran ketika berbagai sajian akan menghapirimu saat ini, intip saja bagaimana mereka beraksi di dapur.
Bulan puasa memang sangat identik dengan makanan, eneka jajanan yang sebelumnya tenggelam bak ditelan bumi kini kembali mencuak dipermukaan, menampakan diri di bahu-bahu jalan juga didapur emak-emak di kampung, kreasi masakan akan membludak dengan berbagai varian warna, tekstur dan tentunya akan menggugah selera waktu berbuka puasa.
Emak-emak di kampung yang memang mewarisi ketelatenan serta kepiawaian dalam meracik makanan khas meningkat drastis, kios dadakan dengan cepatnya berdiri, juga emak kampung setiap saat membuat makanan kesukaan anak-anak mereka. Misalnya di kampung saya sendiri banyak jenis makanan yang sangat menjadi primadona menu berbuka, seperti bikang, pallibutung, berreberres, kambossol, pisang ijo, putu manyang katirimandi. dan lain sebagainya turut mewarnai santap berbuka puasa kita. Yang saat hari-hari biasa sangat jarang ditemukan kini menjadi santapan setiap saatnya, silih berganti menjadi menu berbuka puasa. Tentu ini sangat mudah bagi emak-emak sebab bahan dasar membuatnya melimparuah di kampung, tepung beras, gula merah, pisang, ubi dan sebagainya. Bayangkan saja bagaimana nasib berbuka anda di kampung tanpa kehadiran makanan-makanan tadi, mesti memilukan bukan.
Kebanyakan bahan dasar pembuatan makanan itu diproduksi dari tanah di desa, jadi sangat praktis juga begitu mudahnya di dapat. Namun sayangnya, segala jenis makanan tadi hanya intens hadir ketika ramadhan saja, emak-emak jarang memasaknya di hari biasa, palingan di luar ramadhan makanan ini akan muncul ketika ada acara-acara tertentu saja, itupun tidak sebanyak di bulan puasa.
Makanan yang begitu digemari khususnya lidah manusia yang mendiami kampung ini begitu digemari, terlebih anak-anak begitu antusias menyantap racikan langsung dari tangan emak-emak mereka sendiri. Betapa tidak, selain sehat, mudah didapat dan dikelola oleh tangan manis perempuan seperti emak sendiri di kampung begitu nikmat di lidah. Ketimbang harus menyantap setiap saat makanan yang asal muasal kemunculanya dari mana tak diketahui, misalnya seperti kerupuk berhadiah kemasan harga seribu rupiah hingga dua ribu rupiah yang proses pengolahan dan kandungan gizi yang teramat miskin itu.

Pun demikian hasil penelitian juga sudah banyak sekali menelisik lalu membedah jenis makanan ini, mereka menemukan berbagai hal yang cukup miris, makanan yang seringkali sulit dipisahkan dari anak-anak itu memiliki berbagai kandungan yang berbahaya bagi tubuh manusia, mulai dari komposisi seperti pemanis buatan, pewarna buatan, gula berlebih, garam dan bahkan ada yang memakai bahan yang tidak sepantasnya di konsumsi seperti zat berbahaya sejenis boraks juga ikut mewarnai makanan tersebut, istilah junk food atau fast food disematkan pada jenis makanan tidak sehat itu.
Jadi apa itu junk food? Menurut Ernimuanis Junk food adalah makanan yang mempunyai kalori tinggi tapi nilai gizinya sedikit alias minim atau sama sekali tidak ada nilai gizinya. Junk food ada didalam makanan yang tinggi kadar garamnya, tinggi fat, mengandung soda, makanan yang mengandung bahan aditif (pengawet, pewarna, pemanis buatan, penambah cita rasa), makanan yang dimasak terlalu lama/dihangatkan berulang-ulang. Jenis makanan olahan (dalam kaleng) maupun snack (asin maupun manis) yang sering kita dijumpai mengandung bahan-bahan tersebut.
Makanan junk food tergolong makanan yang sangat digemari oleh masyarakat terutama bagi para remaja. Makanan ini sangat beragam dari mulai makanan ringan hingga makanan yang termasuk dalam makanan utama, karena di dalam kemasan sering kita lihat bahan yang disertakan mengandung karbohidrat. Tetapi jangan menganggap makanan ini sangat bergizi bagi tubuh kita karena kita tidak tahu pasti apa saja bahan yang terkandung di dalamnya. Bahkan kita juga tidak tahu bagaimana nantinya tubuh kita apabila kita terus menerus mengkonsumsi makanan instan ini. Dan tahukah kalian bahwa dalam satu kemasan junk food terdapat berbagai macam bakteri berbahaya? Mulai dari bahan makanannya, bumbunya serta kemasannya. Bakteri-bakteri ini akan sangat berbahaya bagi tubuh kita. Apabila kita mengkonsumsinya secara berlebihan, bisa-bisa kita terkena penyakit atau malah berakibat fatal yang berakhir pada kematian. (Nuranie, 2010 ).
Teruntuk itu di bulan puasa ini kita melihat berbagai kepiawaian emak-emak di kampung meramu sedemikian rupa makanan khas dan sehat, bahan-bahan yang mereka gunakan juga tidak jauh dari apa yang desa mampu produksi, tentunya sehat dan higienis. Khusus buat anak-anak, bulan puasa merupakan momentum dimana mereka berpuasa mengkonsumsi makanan junk food ada juga yang menyebutnya sebagai makanan sampah yang sangat miskin akan kandungan bergizi bagi tubuh juga barangkali salah satu biang dari segala penyakit yang kini terus merebak tak mengenal kamu muda atau tua seperti sekarang. Apakah kita pernah berfikir dari mana semua penyakit yang selama ini tiba-tiba menggerogoti kita bahkan mereka yang masih terbilang muda? Coba kita cek makanan kita setiap saatnya, bisa saja itu berawal dari apa yang kita konsumis yang terus kita benamkan dalam perut setiap saatnya.
Dengan sering memasak aneka makanan tradisional setiap saatnya bagi anak-anak, emak-emak telah berkontribusi dalam melakukan pengawalan dan merawat kesehatan anak dalam jangka panjang dengan membuatkan mereka berbagai masakan khas yang bergizi serta digemari anak-anak dan remaja itu, sekaligus berpuasa untuk tidak makan makanan junk food lagi. Caranya cukup sederhana merawat pengetahuan dan terus mewariskan resep meracik aneka makanan khas yang orang-orang kampung punya, seperti rajin memasak makan tradisional yang sehat dan ramah anak dan lingkungan seperti di bulan puasa ini.