Fomo : Cepat Viral, Cepat Lupa
Sebut saja Kaco, pemuda tampan tapi giginya tinggal dua. Kaco yang kerjanya tiap hari cuma scroll media sosial, tiba-tiba jadi ….
Di suatu dusun di Desa Konoha hidup seorang pemuda bernama Kaco. Aktivitas Kaco bisa dibilang monoton: begadang sampai jam 4 hanya untuk scroll media sosial, bangun jam 12 siang, cuci muka, makan, ngopi, ngudud. Sorenya mandi, pergi nongkrong, dan begitu seterusnya.
Namun ada beberapa waktu Kaco akan mengubah kebiasaannya. Apa yang membuat Kaco mengubah kebiasaannya sebagai pendoa paling kencang, tapi layaknya gaji saat ada kerjaannya “lambat turunnya”? Fomo, yah, itu yang membuat Kaco berubah menjadi aktivis media sosial: tiba-tiba jadi atlet, tiba-tiba jadi dinosaurus.
Dalam sebuah artikel yang ditulis oleh Ellynda Kusuma Anggraeni (Juni 2021), FOMO atau Fear Of Missing Out adalah rasa takut merasa “tertinggal” karena tidak mengikuti aktivitas tertentu. Sebuah perasaan cemas dan takut yang timbul di dalam diri seseorang akibat ketinggalan sesuatu yang baru, seperti berita, tren, dan hal lainnya. Rasa takut ketinggalan ini mengacu pada perasaan atau persepsi bahwa orang lain bersenang-senang, menjalani kehidupan yang lebih baik, atau mengalami hal-hal yang lebih baik.
Salah satu penyebab FOMO yaitu penggunaan media sosial. Berkembangnya teknologi saat ini menjadikan kita dapat dengan mudah menerima jutaan informasi di luar sana, contohnya melalui Instagram.
Viralitas menjadi satu-satunya alasan mengapa Kaco sangat memfomoi sesuatu. Kaco memiliki 200 pengikut di Instagram dan mengikuti 3.000 akun.
Kaco bukan satu-satunya orang yang sebenarnya terjangkit virus FOMO.
Di balik kefomoan Kaco ada jiwa yang sebenarnya baik. Namun, katanya Kaco kurang membaca dan masih remaja.
Tinggalkan Balasan Batalkan balasan